mobilinanews (Jakarta) – Memasuki tahun 2019, mobilinanews memprediksi beberapa pembalap remaja potensial akan semakin bersinar prestasinya di ajang balap mobil paling bergengsi Indonesia Sentul Series of Motorsport (ISSOM).
Siapa saja mereka, berikut ulasan singkatnya :
1.Gerhard Lukita
Darah balap turun dari sang kakek Eddy Lukita dan ayahanda Jimmy Lukita. Sang ayah bahkan masih aktif sebagai pembalap saat ini sekaligus pelatih di ABM Motorsport.
Gerhard, 18 tahun, telah menunjukkan prestasinya dengan menjadi juara umum 3 kelas yang diikutinya tahun ini. Yakni STC 1, Euro 2000 serta Euro 3000. Tak hanya itu, remaja yang kini kuliah di Taiwan ini, juga memecahkan rekor laptime di 3 kelas itu.
Pada seri 7 ISSOM street race di BSD City GP lalu, anak pertama pasangan Jimluk dan Linda Handoko berhasi menyabet 5 trofi kemenangan yakni dari Euro 2000 Master, STC 1 Overall, STC 3600, STC BMW 3600 (P1) serta Euro 3000 RM (P2).
Atas prestasinya yang mentereng tersebut, kemungkinan besar Gerhard akan kembali menjadi salah satu ujung tombak ABM Motorsport pada musim balap 2019. Kabarnya, ia diproyeksikan juga di kelas ITCC.
2.Avila Bahar
Progress pelajar SMA Bakti Mulia Pondok Pinang, Jakarta Selatan ini terbilang mencengangkan. Karier balapnya tidak lagi mendaki, melainkan meloncat. Masih turun di kelas Honda Brio Speed Challenge (HBSC) tahun 2017, naik ke Honda Jazz Speed Challenge (HJSC) di awal 2018, di pertengahan musim loncat di ITCC 1600 Max.
Kerennya, Avila bahkan mampu bersaing di salah satu kelas paling bergengsi ISSOM itu. Padahal sejatinya, remaja 16 tahun ini adalah debutan. Bahkan kategorinya juga masih rising star. Namun beberapa kali mampu mengasapi para seniornya.
Pada seri 6 ISSOM 2018 di Sentul International Circuit, ia mencetak sejarah dengan berhasil naik podium ke-3 ITCC 1600 Max Overall dan bersanding dengan Alvin Bahar, sang ayah di podium kesatu.
Cucu maestro balap mobil Indonesia, Aswin Bahar ini memperkuat tim Honda Pekanbaru Jakarta Racing yang dikomandani Yulianto Adi.
3.A Fadillah Alam
Andalan Fastron Jakarta Ban ini merupakan aset berharga tim dan Indonesia. Setelah mencicipi sebagai juara nasional kelas Euro 3000 Pro pada tahun 2017, maka tahun ini mencoba go international.
Ia mengikuti balap mobil di Australia, Shanghai hingga Filipina. Konsekuensinya, beberapa seri ISSOM tak diikutinya karena jadwalnya berbarengan.
Toh, bagi Fadil pengalaman international dianggap penting. “Untuk menambah jam terbang dan bisa kompetitif di balap international,” ungkapnya.
Meski bolong-bolong mengikuti ISSOM musim ini, Fadil menunjukkan taringnya pada seri 7 ISSOM Street Race di BSD City GP pada 1 Desember lalu dengan menggondol 5 trofi kejuaraan dari kelas yang diikuti.
Dia berharap, pada musim 2019, bisa mengikuti seluruh seri ISSOM termasuk merebut kembali gelar bergengsi Euro 3000 Pro.
4.Zharfan Rahmadi
Siapa yang menyangsikan skill balap Zharfan? Bakatnya yang besar dan selalu turun di lebih 1 satu kelas, pernah menjadi juara seri nasional drifting, turun sebagai driver di speed offroad hingga naik podium balap mobil di sirkuit Sepang International, Malaysia, dia mendapat julukan sebagai “pembalap ajaib”.
Sayangnya, dia sering mendapat tim yang kurang tepat. Namun pada 2 seri terakhir 2018, Zharfan kembali menunjukkan kebintangannya bersama tim barunya, Banteng Motorsport Jagonya Ayam bersama Fino Saksono dan Audi Madradi.
Zharfan berjaya di HJSC kelas Master sebagai peringkat ketiga di bawah Fitra Eri dan Rio SB, peringkat kedua di ITCC 1500 overall 2018. Dia kalah dari pembalap senior dan pembalap pabrikan.
“Tahun 2018, skuad Banteng Motorsport masih adaptasi dengan mobil dan tim teknik yang baru. Perlu penyesuaian dulu. Baru pada musim 2019, targetnya prestasi dan juara, termasuk untuk Zharfan,” ungkap Audi Madradi, sekaligus manajer tim Banteng Motorsport.
5.Amato Rudolph
Boleh jadi, dia paling junior dari sisi usia dan prestasi. Amato yang masih 16 tahun juga bukan juara umum kelas Rookie Honda Brio Speed Challenge tahun lalu.
Namun, pelajar SMA Lab School Rawamangun, Jakarta Timur ini menunjukkan progressnya yang konsisten pada 3 seri terakhir ISSOM 2018. Dia mencetak hattrick (mencetak kemenangan 3 seri terakhir secara berturut-turut).
Bakatnya mulai terasah setelah bersahabat dengan Avila dan berguru kepada Alvin Bahar. “Banyak advice dari om Alvin. Dari attitude sebagai pembalap maupun bagaimana bisa melakukan improve dari seri ke seri berikutnya,” aku remaja berdarah Jerman, Jawa, Gorontalo dan Arab ini.
Kabarnya, sudah ada tim kelas menengah kepincut dengannya. Amato dikenal sebagai pembalap disiplin dan fokus. Dia selalu membuat evaluasi setelah latihan dan balap.
“Saya bercita-cita bisa menjadi pembalap professional kelak. Support dan doakan ya, om,” ungkapnya. (budsan)
Sed ac lorem felis. Ut in odio lorem. Quisque magna dui, maximus ut commodo sed, vestibulum ac nibh. Aenean a tortor in sem tempus auctor
Maria
December 4, 2020 at 3:12 pm